Selasa, 01 Januari 2013

Askeb Difteri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I.
Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman  Corynebacterium diphtheriae, oleh karena itu penyakitnya diberi nama serupa dengan kuman penyebabnya.
Sebelum era vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering meyebabkan penyakit yang serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin difteri ditemukan dan imunisasi terhadap difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan kematian akibat kuman difteri menurun dengan drastis. Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada An.“A” dengan difteri tonsil kurang gizi diharapkan mahasiswi mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif  dengan melakukan pendekatan manajemen varney.
1.2.2        Tujuan Khusus
Di harapkan mahasiswa mampu :
1.      Melaksanakan pengkajian pada anak dengan difteri
2.      Menegakkan diagnosa kebidanan dan mengidentifikasi masalah pada anak dengan difteri
3.      Mengantisipasi masalah potensial pada anak dengan difteri
4.      Menentukan kebutuhan segera pada anak dengan difteri
5.      Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada anak dengan difteri
6.      Melaksanakan implementasi  sesuai rencana pada kasus anak dengan difteri
7.      Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada anak dengan difteri
1.3  Manfaat
1.   Mahasiswa dapat menolong anak dengan diftri sesuai dengan asuhan kebidanan
2.   Mahasiswa dapat membantu dalam peningkatan pelayanan kesehatan secara langsung nantinya, sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum,
3.   Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan operasional yang telah ditetapkan.

1.4  Metode Penulisan
1.      Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung dan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi , auskultasi.
2.      Studi Dokumentasi
Dengan melihat rekan medik klien terhadap program pengobatan dan perawatan melalui catatan medik atau catatan keperawatan
3.      Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku-buku referensi baik medik maupun keperawatan yang berhubungan dengan masalah yang ditulis serta dapat membandingkan antara teori dan praktek

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan terdiri dalam bab yaitu :
BAB I       : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, teknik pengumpulan, data dan sistematika penulisan
BAB II      : Tijauan Pustaka
                     Berisi tentang tinjauan teori Difteri
BAB III    : Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian data, identifikasi masalah masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, informasi, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan
BAB IV    : Pembahasan
                     Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan
BAB V      : Penutup
                     Berisi tentang kesimpulan dan saran






















BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1  Tinjauan Teori Difteri
2.1.1  Definisi
-          Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh corynebacterium diphteriae yang berasal dari membran mukosa hidung dari nasofaring, kulit, dan lesi lain dari orang yang terinfeksi.
-          Difteria adalah suatu infeksi akut yang mudah menular dan yang diserang terutama saluran pernapasan bagian atas dengan tanda khas timbulnya pseudomembran (Ngastiyah, 2005).
-          Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan oleh corynebacterium diphteriae (Rampengan, 1993).
-          Difteri adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil gram positif (WHO).
-          Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun (Detik Health).
-          Difteri adalah suatu infeksi yang akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik corynebacterium diphteriae (Medicas).

2.1.2     Etiologi
         Disebabkan oleh corynebacterium diphteriae, bakteri gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarna sediaan langsung dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi.
         Sifat basil polimorf, gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60ºC selama 10 menit, tahan sampai beberapa minggu dalam es, air susu, dan lendir yang telah menngering.
         Terdapat 3 jenis basil yaitu bentuk gravis mitis dan intermedius atas dasar perbedaan bentuk koleni dalam biakan agar darah yang mengandung kalium terlarut. Basil dapat membentuk :
o Pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah dan berwarna putih keabu-abuan yang terkena terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan basil.
o Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah bebrapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf. Satu perlima puluh ml toksin dapat membunuh marmut dan kurang lebih 1/50 dosis ini dipakai untuk uji Schick.Patogenesis
Kuman masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berbiak  pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai  memproduksi  toksin yang merembes ke sekeliling  serta  selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan  darah.

2.1.3  Patofisiologis
         Corynebacterium diphteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan menempel di mukosa saluran nafas bagian atas, kadang-kadang kulit, mata atau mukosa genital.
         Setelah 2-4 jam hari masa inkubasi kuman dengan corynephage menghasilkan toksik yang mula-mula diabsorbsi oleh membran sel, kemudian penetrasi dan interferensi dengan sintesa protein bersama-sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim penghancur terhadap Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD). Sehingga sintesa protein terputus karena enzim dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan RNA dengan memperpanjang rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang menyatu dengan nekrosis jaringan dan membentuk eksudat yang mula-mula dapat diangkat, produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas akhirnya terjadi eksudat fibrin, perlengketan dan membentuk membran yang berwarna dari abu-abu sampai hitam tergantung jumlah darah yang tercampur dari pembentukan membran tersebut apabila diangkat maka akan terjadi perdarahan dan akhirnya menimbulkan difteri. Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak antara lain sesak nafas sehingga menyebabkan pola nafas tidak efektif, anoreksia sehingga penderita tampak lemah sehingga terjadi intoleransi aktifitas.

2.1.4  Manifestasi Klinis
         Tergantung  pada berbagai faktor, maka  manifestasi  penyakit ini   bisa   bervariasi  dari  tanpa  gejala   sampai   suatu keadaan/penyakit yang hipertoksik serta fatal. Sebagai faktor primer adalah imunitas penderita terhadap toksin  diphtheria, virulensi serta toksinogenesitas (kemampuan membentuk toksin) Corynebacterium diphtheriae, dan lokasi penyakit secara anatomis.  Faktor-faktor  lain  termasuk umur, penyakit sistemik  penyerta  dan penyakit-penyakit  pada  daerah  nasofaring  yang  sudah  ada sebelumnya.  Masa  tunas  2-6 hari.  Penderita  pada  umumnya datang untuk berobat setelah beberapa hari menderita keluhan sistemik. Demam  jarang melebihi 38,9o C dan keluhan serta gejala  lain tergantung pada lokasi penyakit diphtheria.

2.1.5  Klasifikasi
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
- Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.
- Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
- Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).
Menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien :
1.    Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapai (hanya 2%). Mula-mula hanya tam-pak pilek, tetapi kemudian sekret yang ke luar tercampur darah sedikit yang ber-asal dari pseudomembran. Penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai fa¬ring dan laring. Perderita diabati seperti penderita difteria lainnya.
2.    Difteri faring dan tonsil
Gejalanya radang akut tenggorokan, demam sampai dengan 38,5 derajat celsius, nadi yang cepat, tampak lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan kelenjar leher. Pada difteri jenis ini juga akan tampak membran berwarna putih keabu abuan kotor di daerah rongga mulut sampai dengan dinding belakang mulut (faring).
3.     Difteri laring
Gejalanya tidak bisa bersuara, sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 40 derajat celsius, sangat lemah, kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar leher. Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas.
4.    Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan sekret purulen dan berbau.

2.1.6  Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya:
a)Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
b)Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu)
c)Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
d)Kerusakan ginjal (nefritis)

2.1.7  Penularan
         Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas.Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
         Cara penularan adalah melalui kontak dengan penderita atau carrier; jarang sekali penularan melalui peralatan yang tercemar oleh discharge dari lesi penderita difteri. Susu yang tidak dipasteurisasi dapat berperan sebagai media penularan.

2.1.8  Pencegahan
1. Isolasi penderita
Penderita harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan kuman difteri dua kali berturut-turut negatif.
2. Pencegahan terhadap kontak
Terhadap anak yang kontak dengan difteri harus diisolasi selama 7 hari. Bila dalam pengamatan terdapat gejala-gejala maka penderita tersebut harus diobati. Bila tidak ada gejala klinis, maka diberi imunisasi terhadap difteri.
3.   Imunisasi
Penurunan drastis morbiditas diftery sejak dilakukan pemberian imunisasi. Imunisasi DPT diberikan pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Sedangkan boster dilakukan pada usia 1 tahun dan 4 sampai 6 tahun. Di indonesia imunisasi sesuai PPI dilakukan pada usaia 2, 3 dan 4 bulan dan boster dilakukan pada usia 1 – 2 tahun dan menjelang 5 tahun. Setelah vaksinasi I pada usia 2 bulan harus dilakukan vaksinasi ulang pada bulan berikutnya karena imunisasi yang didapat dengan satu kali vaksinasi tidak mempunyai kekebalan yang cukup proyektif. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml tiap kali pemberian.

2.1.9 Pengobatan
Mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi Corynebacterium diphtheriae untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria.
a)U m u m :
Istirahat mutlak selama kurang lebih 2 minggu, pemberian cairan serta diit yang adekuat. Khusus pada diphtheria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan nebulizer.
Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta gangguan pernafasan yang progresif hal-hal tersebut merupakan indikasi tindakan trakeostomi.
b)K h u s u s :
1).Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
Dosis serum anti diphtheria ditentukan secara empiris berdasarkan berat penyakit, tidak tergantung pada berat badan penderita, dan berkisar antara 20.000-120.000 KI.
2).Antimikrobial
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi bisa diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari.
3).Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik
4).Pengobatan penyulit
Pengobatan terutama ditujukan terhadap menjaga agar hemodinamika penderita tetap baik oleh karena penyulit yang disebabkan oleh toksin pada umumnya reversibel.
5).Pengobatan Carrier
Carrier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan, mempunyai reaksi Schick negatif tetapi mengandung basil diphtheria dalam nasofaringnya.
Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin oral atau suntikan, atau eritromisin selama satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi/adenoidektomi.




2.2 TINJAUAN TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
I. Pengkajian
Tanggal   :
Jam         :
No. Reg  :
A.    Data Subjektif
  1. Biodata Anak
Nama              :
Umur              :
Jenis Kelamin :
Anak ke          :
Biodata Orang Tua
Nama ibu        :                                         Nama Ayah       :
Umur               :                                         Umur                 :
Suku                :                                         Suku                  :
Agama            :                                         Agama               :
Pendidikan      :                                         Pendidikan        :
Pekerjaan        :                                         Pekerjaan           :
Penghasilan     :                                         Penghasilan        :
Alamat            :                                         Alamat               :
  1. Alasan Datang
Untuk mengetahui penyebab apa yang menyebabkan klien dibawa ke RS
  1. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji agar dapat mengetahui tindakan apa yang dilakukan.
  1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji agar dapat mengetahui tindakan apa dilakukan
  1. Riwayat Perinatal dan Neonatal
ü  Hamil
Untuk mengetahui Kondisi ibu selama hamil, periksa kehamilan dimana dan berapa kali, serta mendapatkan apa saja dari petugas kesehatan selama hamil.
ü  Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, adakah penyulit selama melahirkan seperti perdarahan.
ü  Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau Pasi, berapa BB Lahir, PB lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak.
  1. Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi lengkap/tidak
  1. Riwayat Kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarganya mempunyai penyakit menurun, menular, dan menahun.
  1. Riwayat Psikososial
ü  Psikologi
Untuk mengetahui psikologi anak terhadap orang tua dan lingkungan maupun sebaliknya.
ü  Sosial
Untuk menngetahui kebiasaan anak  dalam kepercayaan yang dianut oleh keluarganya, adakah kebiasaan ibu yang dianggap kurang baik menurut kesehatan.
  1. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui pola kebiasaan anak sebelum dan saat sakit

B.  Data Objektif
  1. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui kesehatan umum anak, keadaan yang kurang baik, tekanan darah cenderung menurun 90 – 60 mmHg, nadi, suhu, berat badan adanya kelaiana yang dapat mempengaruhi kesehatan anak
  1. Pemeriksaan Fisik
a.    Inspeksi
Kepala          :simetris/tidak, tampak benjolan abnormal/tidak, ada lesi/tidak, kulit kepala bersih
Rambut      : hitam/tidak, ada ketombe/tidak, rontok/tidak
Wajah         : pucat/tidak
Mata            :Ada lesi/tidak, conjungtiva pucat/tidak, scelera kuning/tidak, tampak cowong
Hidung          : simetris/tidak, tampak bersih/tidak, ada secret/tidak, ada pernafasan cuping hidung/tidak.
Mulut          : mukosa bibir terlihat lembab/tidak, bersih/tidakk, tampak ada stomatitis/tidak.
Leher            : tampak pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar lymfe maupun pembesaran vena jugolaris/tidak.
Dada            : simetris/tidak, tampak benjolan yang abnormal/tidak, nafas teratur/tidak.
Perut           : tampak buncit/tidak, adanya benjolan/tidak.
Genetalia    : untuk mengetahui kelengkapan dan keadaannya.
Integumen  : bersih/tidak, tampak pucat/tidak, kering/lembab.
Ekstremnitas : atas : simetris/tidak, pergerakan bebas/tidak.
                        Bawah : simetris/tidak, pergerakkan bebas/tidak
b.    Palpasi        :
Kepala        : teraba benjolan abnormal/tidak
Leher             : teraba pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar lymfe maupun pembesaran vena jugolaris/tidak.
Dada             : simetris/tidak, tampak benjolan yang abnormal/tidak, nafas teratur/tidak.
Perut           : teraba benjolan yang abnormal/tidak..
Integumen  : kering/lembab, turgor jelek/tidak
c.    Auskultasi   
Dada          : terdengar ronchi dan wheezing/tidak
Abdomen   : terdengar bising usus/tidak
d.    Perkusi
Reflek patella kanan/kiri positif/tidak
Perut           : ada kembung/tidak

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Dx           : An .... usia .... tahun dengan difteri tonsil kurang gizi
Ds            : Data yang diperoleh dari anamnesa  anak demam, muntah, nyeri telan
DO          : Data dari hasil pemeriksan petugas kesehatan
Masalah   :
Data dari hasil anamnesa sehingga ditemukan suatu masalah yang aktual

III. Identifikasi Masalah Potensial
            Mengidenifikasi masalah potensial yang akan terjadi

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
            Suatu tindakan yang merupakan kebutuhan segera untuk dilakukan

V. Intervensi                   
Dx       : An ... Umur …. dengan ...
Tujuan : Anak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Kriteria Hasil :
§  Anak mendapat pelayanan kesehatan.
  Intervensi :
Menyususn rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan temuan masalah dan diagnosa.

VI. Implementasi
            Rencana menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman sesuai dengan situasi dan kondisi
VII. Evaluasi
            Dilakukan  evaluasi sejauh mana manfaat dan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan. Apakah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi masalah ahtau diganosa dan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.


























BAB III
TINJAUAN KASUS

I.    PENGAKAJIAN
Hari/tgl   : Senin, 28 Februari 2011
Jam         : 11.00 WIB

A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama anak      : An.“A”
Umur               : 7 tahun
Alamat                        : Jengglong - Blitar
Agama             : Islam
Anak ke           : 1
Jenis kelamin   : perempuan
Biodata orang tua
Nama ibu         : Ny “S”                                  Nama ayah      : Tn “M”
Umur               : 26 tahun                                Umur               : 31 tahun
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Suku/bangsa    : Jawa/ Indonesia                    Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia
Pendidikan      : SMP                                      Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         :  Wiraswasta                           Pekerjaan         : Wiraswasta
Penghasilan     : -                                             Penghasilan     : -
Alamat                        : Jengglong - Blitar                             
2.      Alasan datang ke rumah sakit
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya
3.      Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya mengalami panas selama 5 hari dan nyer telan ± 4 hari serta muntah-muntah. Kemudian diperiksakan ke dokter, muntahnya mulai berkurang tetapi panasnya tetap, kemudian dibawa ke RS.
4.      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5.      Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan mengalami demam, muntah dan nyeri telan, tetapi sekarang sudah berkurang.
6.      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini.  
7.      Riwayat antenatal
Trimester I
·         Ibu mengatakan pada usia kehamilan 2 bulan ibu mengalami muntah-muntah dan nafsu makannya menurun.
·         Setiap bulan ibu rutin periksa kehamilannya ke bidan, setiap kali ibu periksa ibu di beri vitamin dan obat penambah nafsu makan.
Trimester II
·         Ibu mengatakan selama usia kehamilan 4-6 bulan ibu sudah tidak ada keluhan dan nafsu makannya ibu mulai meningkat
·         Ibu periksa 1 bulan sekali ke bidan dan ibu mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah
·         Ibu mendapatkan imunisasi TT  yang pertama pada usia kehamilan yang ke 5 bulan
Trimester III
·          Ibu periksa kehamilannya 2 minggu sekali saat periksa ibu mendapatkan vitamin
·          Keluarga dan ibu senang karena anaknya akan segera lahir
8.      Riwayat natal
Ibu mengatakan melahirkan anak yang pertama secara normal di tolong oleh bidan, bayi lahir langsung menangis, BB: 3500 gr, PB: 48 cm, anus +
9.      Riwayat post natal
Ibu mengatakan masa nifasnya berjalan normal, perdarahan normal dari kemaluannya, dan tidak masalah pada payudaranya, anak minum ASI sampai sekarang
10.  Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi
Di berikan
BCG
2 bulan
Hepatitis B
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan
DPT
2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Polio
2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Campak
9 bulan

11.  Pola kebiasaan sehari-hari
Di rumah
Di rumah sakit
Pola Nutrisi:
Anak tidak suka makan kecuali bila dipaksa oleh ibu. Anak makan 2-3 kali sehari dengan porsi sedikit dengan komposisi nasi, lauk, sayur
Pola Nutrisi:
Makan 3x/hari sedikit-sedikit, keluhan nyeri telan, komposisi makanan (nasi lunak/bubur, sayur, lauk)
Pola Eliminasi:
Selama 5 hari belum BAB dan BAK 3-4 kali sehari.
Pola Eliminasi:
Anak sudah BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, tidak ada darah maupun lendir dan BAK 4-5 kali berwarna kuning jernih.
Pola Istirahat:
Tidur siang ± 2 jam
Tidur malam ± 6-7 jam
Pola Istirahat:
Tidur pagi ± 2 jam
Tidur siang ± 1 jam
Tidur malam ± 6-7 jam
Personal Higiene:
Mandi 2x sehari dan selalu mengganti bajunya bila selesai mandi atau terlihat kotor
Personal higiene
mandi 2x sehari dan selalu mengganti bajunya setiap selesai mandi atau bila terlihat kotor
Rekreasi:
Ibu dan keluarga tidak pernah mengajak anak rekreasi
Rekreasi:
Ibu dan keluarga tidak pernah mengajak anak rekreasi

12.  Riwayat psikososial
Psikologi  : Ibu mengatakan sangat mengharapkan kesembuhan dan kesehatan putrinya sangat sangat diharapkan baik oleh ibu maupun keluarganya
Sosial        : Anak tinggal bersama orang tua dan diasuh dibantu oleh keluarga.
13.  Riwayat budaya
·         Bila sakit, ibu dan keluarga berobat ke bidan terdekat atau kepuskesmas
·          Keluarga masih menganut adat jawa seperti selapanan, pitonan dll
14.  Riwayat spiritual
Ibu dan bapak beragama Islam, taat beribadah dan ibu tidak percaya dengan adanya tahayul.

B.     Data Obyektif
a.       Pemeriksaan Umum
Keadaan umum           : cukup
Kesadaran                   : composmentis
Tekanan darah             : 100/70 mmHg
Nadi                            : 94x/menit
Pernafasan                   : 26 x/menit
Suhu                            : 36oC
BB                               : 17 kg
b.      Pemeriksaan fisik
§  Inspeksi
Kepala :   Kulit kepala bersih, warna rambut hitam, tidak tampak adanya benjolan.
Wajah     : Tidak pucat, tidak ikterus, tidak cyanosis
Mata       : Simetris, sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
Hidung   : Simetris, tidak terdapat secret, tidak ada kelainan bentuk hidung dan hidung bersih
Telinga   : Simetris, tidak ada serumen, dan terlihat bersih
Mulut     : Bibir tidak cyanosis, tidak nampak sariawan dan bibir lembab,tidak ada caries, pada tonsil tampak membrane berwarna putih keabu-abuan
Leher      : Tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, dan tidak terlihat pembesaran kelenjar limfe
Dada      : Putting susu simetris, tidak terlihat retraksi dada saat bernafas
Abdomen: Kebersihan cukup, tidak tampak benjolan, tidak tampak adanya pembesaran limpa dan hepar
Genetalia: bersih, tidak ada odema
Anus       : bersih
Ekstremitas
-          atas : simetris, penggerak aktif, tidak terdapat polidaktil maupun sindaktil dan tidak tampak oedema
-          bawah : simetris, gerakan aktif dan tidak tampak oedem

§  Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan abnormal
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
Dada : tidak teraba massa atau benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : tidak teraba benjolan yang abnormal
Ekstremitas : atas dan bawah, tidak odema, perabaan hangat, turgor kulit baik
§    Auskultasi
Dada       : tidak terdengar bunyi ronchi maupun wheezing
Abdomen : bising usus positif
§  Perkusi
Abdomen                    : tidak kembung
      Reflek patella  : + / +

II.      IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA
Dx : Anak “A” umur 7 tahun dengan diaredifteri tonsil kurang gizi
DS : Ibu mengatakan anaknya mengalami demam, muntah, nyeri telan          
DO :         Keadaan umum                     : cukup
                       Kesadaran                       : composmentis
TD                                  : 100/70 mmHg
                       Nadi                                : 94 x/mnt
                       Pernafasan                       : 26 x/mnt
                       Suhu                                : 36OC
                    BB                                   :  17 kg
Pemeriksaan tenggorokan : adanya pseudomembrane berwarna putih keabu-abuan
Hasil pemeriksaan swab tenggorokan : (+) terdapat biakan bakteri Corynebacterium diphteriae

III.       ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-    Gangguan kebutuhan nutrisi
-    Penyebarluasan infeksi

IV.    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-    Menempatkan anak pada ruang khusus
-    Memberikan antibiotic
-    Mengkaji ketidakmampuan anak untuk makan
-    Memasang infuse dan NGT

V.     INTERVENSI
Dx                : An.“A” umur 7 tahun dengan difteri tonsil kurang gizi
Tujuan          : Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada anak “A”  diharapkan infeksi anak dapat teratasi, nafsu makan meningkat sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil    : Keadaan umum      : baik
Mual muntah berhenti, tonus otot baik, BB stabil atau meningkat
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarga
R/ Menjalin hubungan baik antara klien dengan petugas kesehatan sehingga klien dan keluarga menjadi lebih kooperatif.
2.      Beritahu kepada ibu atau keluarga  tentang hasil pemeriksaan
R/ Ibu dan keluarga mengerti keadaan anaknya dan ibu lebih kooperatif
3.       Jelaskan pada ibu atau keluarga tentang penyakit yang di derita anaknya
R/ Memberikan pengetahuan yang bertambah pada ibu dan keluarga tentang diare dan mengurangi kecemasannya.
4.      Lakukan pemeriksaan fisik dan TTV
R/ sebagai parameter keadaan kesehatan pasien
5.      Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan
            R/ untuk menentukan pemilihan terhadap jenis makanan
6.      Berikan makanan sedikit tapi sering
R/ untuk meningkatkan asupan nutrisi
7.      Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
R/ untuk memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan
8.      Tempatkan anak pada ruang khusus
R/ mencegah terjadinya penyebaran infeksi
9.      Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian terapi analgesic
R/ untuk menghindari penyebarluasan infeksi dan meningkatkan kenyamanan
10.  Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi dan diet anak
R/ memberikan diet

VI.     IMPLEMENTASI
Tanggal     : 28-2-2011
Jam            : 11.30 WIB
Implementasi :
1.      Menjalin hubungan baik antara klien dengan petugas kesehatan sehingga klien dan keluarga menjadi lebih kooperatif
2.      Memberitahu kepada ibu atau keluarga  tentang hasil pemeriksaan 
3.      Menjelaskan pada ibu atau keluarga tentang penyakit yang di derita anaknya 
4.      Melakukan pemeriksaan fisik dan TTV
5.      Mengkaji  kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan
6.      Memberikan makanan sedikit tapi sering
7.      Mengukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
8.      Menempatkan anak pada ruang khusus
9.      Melakukan kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian terapi analgesic
10.  Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi dan diet anak

VII.     EVALUASI
Hari        : Senin, 28-2-2011
Jam         : 12.00 WIB
Diagnosa   : An.”A” umur 7 tahun dengan difteri tonsil kurang gizi
S                : Ibu mengatakan anaknya sudah tidak demam, tidak muntah, nyeri telan berkurang
A               : An.”A” umur 7 tahun dengan difteri tonsil kurang gizi
P                : - Memberitahu hasil pemeriksaan
-    Melakukan isolasi dengan ketat
-    Menganjurkan pasien untuk makan teratur dengan diet lunak
-    Menganjurkan untuk istirahat cukup
-    Melakukan observasi TTV






BAB IV
PEMBAHASAN


            Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada An. ”A” dengan Difteri Tonsil Kurang Gizi diperoleh analisa bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. Pada teori menyebutkan bahwa anak dengan difteri tonsil kurang gizi terjadi radang tenggorokan akut, demam,, tampak membrane berwarna putih keabu-abuan kotor di daerah rongga mulut sampai faring dan terjadi gangguan pemenuhan nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan. Hal ini juga ditemukan dalam pengkajian lapangan.
            Pada pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dengan subyektif maupun data obyektif. Pada pengambilan diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi kesenjangan karena diagnosa diambil dari prosedur anamnesa.
            Pada langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini yang diangkat adalah potensial terjadi Gangguan kebutuhan nutrisi dan penyebarluasan infeksi. Dalam identifikasi kebutuhan segera, dalam kasus ini sudah diberikan penanganan yang khusus, cepat dan segera pada anak.
            Pada pengembangan rencana, implementasi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.  Pada evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana dalam praktek langkah-langkah tersebut disesuaikan dengan keadaan pasien.










BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada An.”A” dengan Difteri Tonsil Kurang Gizi , penulis menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Sehingga asuhan kebidanan yang diberikan baik secara mandiri maupun berkolaborasi bisa membawa pasien pada kesembuhan.

5.2  Saran
Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap mempertahankan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dimayarakat sehingga dapat memberikan Asuhan yang komprehensif sesuai standart yang berlaku.
Untuk Mahasiswa menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang masalah – masalah dan cara perawatan anak sakit.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar