BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri, Pertusis,
Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebab kematian
anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,7
juta kematian pada anak atau 5% pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I.
Difteri
merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, oleh karena itu
penyakitnya diberi nama serupa dengan kuman penyebabnya.
Sebelum
era vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering meyebabkan penyakit
yang serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin difteri
ditemukan dan imunisasi terhadap difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan
kematian akibat kuman difteri menurun dengan drastis. Difteri
termasuk penyakit menular
yang jumlah kasusnya
relatif rendah.
Rendahnya kasus difteri
sangat dipengaruhi adanya program imunisasi.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Setelah
melakukan Asuhan Kebidanan pada An.“A” dengan difteri tonsil kurang gizi
diharapkan mahasiswi mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara
komprehensif dengan melakukan pendekatan
manajemen varney.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Di harapkan mahasiswa
mampu :
1.
Melaksanakan
pengkajian pada anak dengan difteri
2.
Menegakkan
diagnosa kebidanan dan mengidentifikasi masalah pada anak dengan difteri
3.
Mengantisipasi
masalah potensial pada anak dengan difteri
4. Menentukan
kebutuhan segera pada anak dengan difteri
5.
Merencanakan
tindakan yang akan dilakukan pada anak dengan difteri
6. Melaksanakan
implementasi sesuai rencana pada kasus
anak dengan difteri
7. Melaksanakan
evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada anak dengan difteri
1.3
Manfaat
1. Mahasiswa dapat menolong anak dengan diftri
sesuai dengan asuhan kebidanan
2. Mahasiswa dapat membantu dalam peningkatan
pelayanan kesehatan secara langsung nantinya, sehingga mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara umum,
3. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan operasional yang telah
ditetapkan.
1.4
Metode
Penulisan
1. Observasi
Melakukan
pengamatan secara langsung dan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi , auskultasi.
2. Studi
Dokumentasi
Dengan melihat rekan medik klien
terhadap program pengobatan dan perawatan melalui catatan medik atau catatan
keperawatan
3. Studi
Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari
buku-buku referensi baik medik maupun keperawatan yang berhubungan dengan
masalah yang ditulis serta dapat membandingkan antara teori dan praktek
1.5
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan laporan terdiri
dalam bab yaitu :
BAB
I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan
penulisan, teknik pengumpulan, data dan sistematika penulisan
BAB
II : Tijauan Pustaka
Berisi
tentang tinjauan teori Difteri
BAB
III : Tinjauan Kasus
Berisi tentang
pengkajian data, identifikasi masalah masalah potensial, identifikasi kebutuhan
segera, informasi, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan
BAB IV : Pembahasan
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan
BAB V :
Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Tinjauan Teori Difteri
2.1.1 Definisi
-
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh corynebacterium diphteriae yang berasal dari membran mukosa
hidung dari nasofaring, kulit, dan lesi lain dari orang yang terinfeksi.
-
Difteria adalah suatu infeksi akut yang mudah
menular dan yang diserang terutama saluran pernapasan bagian atas dengan tanda
khas timbulnya pseudomembran (Ngastiyah, 2005).
-
Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
corynebacterium diphteriae (Rampengan, 1993).
-
Difteri adalah infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil gram positif
(WHO).
-
Difteri adalah suatu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri penghasil racun (Detik Health).
-
Difteri adalah suatu infeksi yang akut yang
disebabkan oleh bakteri penghasil toksik corynebacterium diphteriae (Medicas).
2.1.2
Etiologi
Disebabkan oleh
corynebacterium diphteriae, bakteri gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora. Pewarna sediaan langsung
dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan
sediaan langsung dari lesi.
Sifat
basil polimorf, gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, mati
pada pemanasan 60ºC selama 10 menit, tahan sampai beberapa minggu dalam es, air
susu, dan lendir yang telah menngering.
Terdapat
3 jenis basil yaitu bentuk gravis mitis dan intermedius atas dasar perbedaan
bentuk koleni dalam biakan agar darah yang mengandung kalium terlarut. Basil dapat membentuk :
o Pseudomembran yang
sukar diangkat, mudah berdarah dan berwarna putih keabu-abuan yang terkena
terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan basil.
o Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah bebrapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf. Satu perlima puluh ml toksin dapat membunuh marmut dan kurang lebih 1/50 dosis ini dipakai untuk uji Schick.Patogenesis
Kuman masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berbiak pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan darah.
o Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah bebrapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf. Satu perlima puluh ml toksin dapat membunuh marmut dan kurang lebih 1/50 dosis ini dipakai untuk uji Schick.Patogenesis
Kuman masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berbiak pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan darah.
2.1.3 Patofisiologis
Corynebacterium
diphteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan menempel di mukosa
saluran nafas bagian atas, kadang-kadang kulit, mata atau mukosa genital.
Setelah
2-4 jam hari masa inkubasi kuman dengan corynephage menghasilkan toksik yang
mula-mula diabsorbsi oleh membran sel, kemudian penetrasi dan interferensi
dengan sintesa protein bersama-sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim
penghancur terhadap Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD). Sehingga sintesa
protein terputus karena enzim dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan RNA
dengan memperpanjang rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang
menyatu dengan nekrosis jaringan dan membentuk eksudat yang mula-mula dapat
diangkat, produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas
akhirnya terjadi eksudat fibrin, perlengketan dan membentuk membran yang
berwarna dari abu-abu sampai hitam tergantung jumlah darah yang tercampur dari
pembentukan membran tersebut apabila diangkat maka akan terjadi perdarahan dan
akhirnya menimbulkan difteri. Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak
antara lain sesak nafas sehingga menyebabkan pola nafas tidak efektif, anoreksia
sehingga penderita tampak lemah sehingga terjadi intoleransi aktifitas.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tergantung
pada berbagai faktor, maka manifestasi penyakit ini
bisa bervariasi dari tanpa gejala
sampai suatu keadaan/penyakit yang hipertoksik serta fatal. Sebagai
faktor primer adalah imunitas penderita terhadap toksin diphtheria,
virulensi serta toksinogenesitas (kemampuan membentuk toksin) Corynebacterium
diphtheriae, dan lokasi penyakit secara anatomis. Faktor-faktor
lain termasuk umur, penyakit sistemik penyerta dan
penyakit-penyakit pada daerah nasofaring yang
sudah ada sebelumnya. Masa tunas 2-6 hari.
Penderita pada umumnya datang untuk berobat setelah beberapa hari
menderita keluhan sistemik. Demam jarang melebihi 38,9o C dan keluhan
serta gejala lain tergantung pada lokasi penyakit diphtheria.
2.1.5
Klasifikasi
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini
dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
-
Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan
gejala hanya nyeri menelan.
-
Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding
belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
-
Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis (kelemahan
anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).
Menurut
lokasi gejala yang dirasakan pasien :
1.
Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang
terdapai (hanya 2%). Mula-mula hanya tam-pak pilek, tetapi kemudian sekret yang
ke luar tercampur darah sedikit yang ber-asal dari pseudomembran. Penyebaran
pseudomembran dapat pula mencapai fa¬ring dan laring. Perderita diabati seperti
penderita difteria lainnya.
2.
Difteri faring dan tonsil
Gejalanya
radang akut tenggorokan,
demam sampai dengan 38,5 derajat celsius, nadi yang cepat, tampak lemah, nafas
berbau, timbul pembengkakan kelenjar leher. Pada difteri jenis ini juga akan
tampak membran berwarna putih keabu abuan kotor di daerah rongga mulut sampai
dengan dinding belakang mulut (faring).
3.
Difteri laring
Gejalanya
tidak bisa bersuara, sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 40
derajat celsius, sangat lemah, kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar
leher. Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa mengancam
nyawa penderita akibat gagal nafas.
4.
Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
Diphtheria kulit berupa tukak di
kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. Kelainan cenderung
menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan,
edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis
eksterna dengan sekret purulen dan berbau.
2.1.6 Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya:
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya:
a)Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
b)Kelumpuhan
saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan
gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu)
c)Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
d)Kerusakan
ginjal (nefritis)
2.1.7 Penularan
Difteri
merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak. Penyakit ini
mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas.Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang
lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau
makanan yang terkontaminasi.
Cara
penularan adalah melalui kontak dengan penderita atau carrier; jarang sekali
penularan melalui peralatan yang tercemar oleh discharge dari lesi penderita
difteri. Susu yang tidak dipasteurisasi dapat berperan sebagai media penularan.
2.1.8 Pencegahan
1. Isolasi penderita
1. Isolasi penderita
Penderita harus
diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan kuman difteri dua kali
berturut-turut negatif.
2. Pencegahan terhadap kontak
Terhadap anak yang
kontak dengan difteri harus diisolasi selama 7 hari. Bila dalam pengamatan
terdapat gejala-gejala maka penderita tersebut harus diobati. Bila tidak ada
gejala klinis, maka diberi imunisasi terhadap difteri.
3. Imunisasi
Penurunan drastis
morbiditas diftery sejak dilakukan pemberian imunisasi. Imunisasi DPT diberikan
pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Sedangkan boster dilakukan pada usia 1 tahun dan 4
sampai 6 tahun. Di indonesia imunisasi sesuai PPI dilakukan pada usaia 2, 3 dan
4 bulan dan boster dilakukan pada usia 1 – 2 tahun dan menjelang 5 tahun.
Setelah vaksinasi I pada usia 2 bulan harus dilakukan vaksinasi ulang pada
bulan berikutnya karena imunisasi yang didapat dengan satu kali vaksinasi tidak
mempunyai kekebalan yang cukup proyektif. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml
tiap kali pemberian.
2.1.9 Pengobatan
Mengusahakan agar penyulit
yang terjadi minimal, mengeliminasi Corynebacterium diphtheriae untuk mencegah
penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria.
a)U m u m :
Istirahat mutlak
selama kurang lebih 2 minggu, pemberian cairan serta diit yang adekuat. Khusus
pada diphtheria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban
udara dengan menggunakan nebulizer.
Bila tampak
kegelisahan, iritabilitas serta gangguan pernafasan yang progresif hal-hal
tersebut merupakan indikasi tindakan trakeostomi.
b)K h u s u s :
b)K h u s u s :
1).Antitoksin
: serum anti diphtheria (ADS)
Dosis serum anti
diphtheria ditentukan secara empiris berdasarkan berat penyakit, tidak
tergantung pada berat badan penderita, dan berkisar antara 20.000-120.000 KI.
2).Antimikrobial
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi bisa diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari.
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi bisa diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari.
3).Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik
Kortikosteroid diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik
4).Pengobatan
penyulit
Pengobatan terutama
ditujukan terhadap menjaga agar hemodinamika penderita tetap baik oleh karena
penyulit yang disebabkan oleh toksin pada umumnya reversibel.
5).Pengobatan
Carrier
Carrier adalah
mereka yang tidak menunjukkan keluhan, mempunyai reaksi Schick negatif tetapi
mengandung basil diphtheria dalam nasofaringnya.
Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin oral atau suntikan, atau eritromisin selama satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi/adenoidektomi.
Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin oral atau suntikan, atau eritromisin selama satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi/adenoidektomi.
2.2
TINJAUAN TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
I. Pengkajian
Tanggal :
Jam :
No.
Reg :
A.
Data
Subjektif
- Biodata
Anak
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Anak ke :
Biodata Orang Tua
Nama ibu : Nama
Ayah :
Umur : Umur :
Suku : Suku :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Penghasilan : Penghasilan :
Alamat : Alamat :
- Alasan
Datang
Untuk mengetahui
penyebab apa yang menyebabkan klien dibawa ke RS
- Keluhan
Utama
Untuk mengetahui apa
saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji agar dapat mengetahui
tindakan apa yang dilakukan.
- Riwayat
Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apa
saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji agar dapat mengetahui
tindakan apa dilakukan
- Riwayat
Perinatal dan Neonatal
ü Hamil
Untuk
mengetahui Kondisi ibu selama hamil, periksa kehamilan dimana dan berapa kali,
serta mendapatkan apa saja dari petugas kesehatan selama hamil.
ü Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan,
ditolong oleh siapa, adakah penyulit selama melahirkan seperti perdarahan.
ü Neonatal
Untuk
mengetahui apakah bayi minum ASI atau Pasi, berapa BB Lahir, PB lahir, apakah
saat lahir bayi langsung menangis/tidak.
- Riwayat
Imunisasi
Untuk mengetahui apakah
anak telah mendapat imunisasi lengkap/tidak
- Riwayat
Kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah
keluarganya mempunyai penyakit menurun, menular, dan menahun.
- Riwayat
Psikososial
ü Psikologi
Untuk mengetahui psikologi anak terhadap
orang tua dan lingkungan maupun sebaliknya.
ü Sosial
Untuk menngetahui kebiasaan anak dalam kepercayaan yang dianut oleh
keluarganya, adakah kebiasaan ibu yang dianggap kurang baik menurut kesehatan.
- Pola
Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui pola
kebiasaan anak sebelum dan saat sakit
B.
Data
Objektif
- Pemeriksaan
Umum
Untuk mengetahui
kesehatan umum anak, keadaan yang kurang baik, tekanan darah cenderung menurun
90 – 60 mmHg, nadi, suhu, berat badan adanya kelaiana yang dapat mempengaruhi
kesehatan anak
- Pemeriksaan
Fisik
a.
Inspeksi
Kepala :simetris/tidak,
tampak benjolan abnormal/tidak, ada lesi/tidak, kulit kepala bersih
Rambut :
hitam/tidak, ada ketombe/tidak, rontok/tidak
Wajah :
pucat/tidak
Mata :Ada
lesi/tidak, conjungtiva pucat/tidak, scelera kuning/tidak, tampak cowong
Hidung :
simetris/tidak, tampak bersih/tidak, ada secret/tidak, ada pernafasan cuping
hidung/tidak.
Mulut :
mukosa bibir terlihat lembab/tidak, bersih/tidakk, tampak ada stomatitis/tidak.
Leher :
tampak pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar lymfe maupun pembesaran vena
jugolaris/tidak.
Dada :
simetris/tidak, tampak benjolan yang abnormal/tidak, nafas teratur/tidak.
Perut :
tampak buncit/tidak, adanya benjolan/tidak.
Genetalia : untuk mengetahui kelengkapan dan keadaannya.
Integumen : bersih/tidak, tampak pucat/tidak, kering/lembab.
Ekstremnitas : atas : simetris/tidak,
pergerakan bebas/tidak.
Bawah : simetris/tidak, pergerakkan
bebas/tidak
b. Palpasi :
Kepala : teraba benjolan abnormal/tidak
Leher :
teraba pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar lymfe maupun pembesaran vena
jugolaris/tidak.
Dada :
simetris/tidak, tampak benjolan yang abnormal/tidak, nafas teratur/tidak.
Perut :
teraba benjolan yang abnormal/tidak..
Integumen : kering/lembab, turgor jelek/tidak
c.
Auskultasi
Dada :
terdengar ronchi dan wheezing/tidak
Abdomen :
terdengar bising usus/tidak
d.
Perkusi
Reflek
patella kanan/kiri positif/tidak
Perut :
ada kembung/tidak
II. Identifikasi
Diagnosa/Masalah
Dx :
An .... usia .... tahun dengan difteri tonsil kurang gizi
Ds : Data yang diperoleh dari
anamnesa anak demam, muntah, nyeri telan
DO :
Data dari hasil pemeriksan petugas kesehatan
Masalah :
Data dari hasil anamnesa sehingga
ditemukan suatu masalah yang aktual
III. Identifikasi
Masalah Potensial
Mengidenifikasi masalah potensial
yang akan terjadi
IV. Identifikasi
Kebutuhan Segera
Suatu tindakan yang merupakan
kebutuhan segera untuk dilakukan
V. Intervensi
Dx : An ... Umur …. dengan ...
Tujuan : Anak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Kriteria Hasil :
§ Anak
mendapat pelayanan kesehatan.
Intervensi
:
Menyususn
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan temuan masalah dan diagnosa.
VI. Implementasi
Rencana menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman sesuai dengan
situasi dan kondisi
VII. Evaluasi
Dilakukan evaluasi sejauh mana manfaat dan keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan. Apakah terpenuhi
sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi masalah ahtau diganosa dan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
I. PENGAKAJIAN
Hari/tgl : Senin, 28 Februari 2011
Jam : 11.00 WIB
A.
Data
Subyektif
1. Biodata
Nama anak : An.“A”
Umur :
7 tahun
Alamat :
Jengglong - Blitar
Agama :
Islam
Anak ke :
1
Jenis kelamin : perempuan
Biodata orang tua
Nama ibu :
Ny “S” Nama
ayah : Tn “M”
Umur :
26 tahun Umur : 31 tahun
Agama :
Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat :
Jengglong - Blitar
2. Alasan
datang ke rumah sakit
Ibu mengatakan ingin memeriksakan
anaknya
3. Keluhan
utama
Ibu
mengatakan anaknya mengalami panas selama 5 hari dan nyer telan ± 4 hari serta
muntah-muntah. Kemudian diperiksakan ke dokter, muntahnya mulai berkurang
tetapi panasnya tetap, kemudian dibawa ke RS.
4. Riwayat
kesehatan yang lalu
Ibu
mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat
kesehatan sekarang
Ibu
mengatakan mengalami demam, muntah dan nyeri telan, tetapi sekarang sudah
berkurang.
6. Riwayat
kesehatan keluarga
Ibu
mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini.
7. Riwayat
antenatal
Trimester
I
·
Ibu mengatakan pada
usia kehamilan 2 bulan ibu mengalami muntah-muntah dan nafsu makannya menurun.
·
Setiap bulan ibu rutin
periksa kehamilannya ke bidan, setiap kali ibu periksa ibu di beri vitamin dan
obat penambah nafsu makan.
Trimester II
·
Ibu mengatakan selama
usia kehamilan 4-6 bulan ibu sudah tidak ada keluhan dan nafsu makannya ibu
mulai meningkat
·
Ibu periksa 1 bulan
sekali ke bidan dan ibu mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah
·
Ibu mendapatkan
imunisasi TT yang pertama pada usia
kehamilan yang ke 5 bulan
Trimester
III
·
Ibu periksa kehamilannya 2 minggu sekali saat
periksa ibu mendapatkan vitamin
·
Keluarga dan ibu senang karena anaknya akan
segera lahir
8. Riwayat
natal
Ibu
mengatakan melahirkan anak yang pertama secara normal di tolong oleh bidan,
bayi lahir langsung menangis, BB: 3500 gr, PB: 48 cm, anus +
9. Riwayat
post natal
Ibu
mengatakan masa nifasnya berjalan normal, perdarahan normal dari kemaluannya,
dan tidak masalah pada payudaranya, anak minum ASI sampai sekarang
10. Riwayat
imunisasi
Jenis imunisasi
|
Di berikan
|
BCG
|
2 bulan
|
Hepatitis B
|
1 bulan, 2 bulan, 3
bulan
|
DPT
|
2 bulan, 3 bulan, 4
bulan
|
Polio
|
2 bulan, 3 bulan, 4
bulan
|
Campak
|
9 bulan
|
11. Pola
kebiasaan sehari-hari
Di
rumah
|
Di
rumah sakit
|
Pola
Nutrisi:
Anak
tidak suka makan kecuali bila dipaksa oleh ibu. Anak makan 2-3 kali sehari
dengan porsi sedikit dengan komposisi nasi, lauk, sayur
|
Pola
Nutrisi:
Makan
3x/hari sedikit-sedikit, keluhan nyeri telan, komposisi makanan (nasi
lunak/bubur, sayur, lauk)
|
Pola
Eliminasi:
Selama 5
hari belum BAB dan BAK 3-4 kali sehari.
|
Pola
Eliminasi:
Anak
sudah BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, tidak ada darah maupun lendir
dan BAK 4-5 kali berwarna kuning jernih.
|
Pola
Istirahat:
Tidur siang ± 2 jam
Tidur malam ± 6-7 jam
|
Pola
Istirahat:
Tidur pagi ± 2 jam
Tidur siang ± 1 jam
Tidur malam ± 6-7 jam
|
Personal
Higiene:
Mandi 2x
sehari dan selalu mengganti bajunya bila selesai mandi atau terlihat kotor
|
Personal
higiene
mandi 2x
sehari dan selalu mengganti bajunya setiap selesai mandi atau bila terlihat
kotor
|
Rekreasi:
Ibu dan
keluarga tidak pernah mengajak anak rekreasi
|
Rekreasi:
Ibu dan
keluarga tidak pernah mengajak anak rekreasi
|
12. Riwayat
psikososial
Psikologi : Ibu mengatakan sangat mengharapkan
kesembuhan dan kesehatan putrinya sangat sangat diharapkan baik oleh ibu maupun
keluarganya
Sosial : Anak tinggal bersama orang tua dan
diasuh dibantu oleh keluarga.
13. Riwayat
budaya
·
Bila sakit, ibu dan
keluarga berobat ke bidan terdekat atau kepuskesmas
·
Keluarga masih menganut adat jawa seperti
selapanan, pitonan dll
14. Riwayat
spiritual
Ibu
dan bapak beragama Islam, taat beribadah dan ibu tidak percaya dengan adanya
tahayul.
B.
Data
Obyektif
a. Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi :
94x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu :
36oC
BB : 17 kg
b. Pemeriksaan
fisik
§ Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, warna rambut hitam,
tidak tampak adanya benjolan.
Wajah : Tidak pucat, tidak ikterus, tidak
cyanosis
Mata : Simetris, sklera tidak ikterus, konjungtiva
tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak terdapat secret, tidak ada
kelainan bentuk hidung dan hidung bersih
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, dan terlihat
bersih
Mulut : Bibir tidak cyanosis, tidak nampak
sariawan dan bibir lembab,tidak ada caries, pada tonsil tampak membrane
berwarna putih keabu-abuan
Leher : Tidak terlihat pembesaran kelenjar
tiroid, vena jugularis, dan tidak terlihat pembesaran kelenjar limfe
Dada : Putting susu simetris, tidak terlihat
retraksi dada saat bernafas
Abdomen: Kebersihan
cukup, tidak tampak benjolan, tidak tampak adanya pembesaran limpa dan hepar
Genetalia:
bersih, tidak ada odema
Anus : bersih
Ekstremitas
-
atas
: simetris, penggerak aktif, tidak terdapat polidaktil maupun sindaktil dan tidak
tampak oedema
-
bawah
: simetris, gerakan aktif dan tidak tampak oedem
§ Palpasi
Kepala : tidak teraba
benjolan abnormal
Leher
: tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
Dada
: tidak teraba massa atau benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : tidak teraba
benjolan yang abnormal
Ekstremitas : atas dan
bawah, tidak odema, perabaan hangat, turgor kulit baik
§ Auskultasi
Dada : tidak terdengar bunyi ronchi maupun
wheezing
Abdomen : bising usus positif
§ Perkusi
Abdomen : tidak kembung
Reflek patella : + / +
II.
IDENTIFIKASI
MASALAH/DIAGNOSA
Dx : Anak “A” umur 7
tahun dengan diaredifteri tonsil kurang gizi
DS
: Ibu mengatakan anaknya mengalami demam, muntah, nyeri telan
DO
: Keadaan umum :
cukup
Kesadaran :
composmentis
TD :
100/70 mmHg
Nadi :
94 x/mnt
Pernafasan : 26 x/mnt
Suhu :
36OC
BB : 17 kg
Pemeriksaan tenggorokan : adanya pseudomembrane berwarna
putih keabu-abuan
Hasil pemeriksaan swab tenggorokan : (+) terdapat biakan
bakteri Corynebacterium diphteriae
III.
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Gangguan
kebutuhan nutrisi
- Penyebarluasan
infeksi
IV.
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA
- Menempatkan
anak pada ruang khusus
- Memberikan
antibiotic
- Mengkaji
ketidakmampuan anak untuk makan
- Memasang
infuse dan NGT
V. INTERVENSI
Dx : An.“A” umur 7 tahun dengan difteri
tonsil kurang gizi
Tujuan :
Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada anak “A” diharapkan infeksi anak dapat teratasi, nafsu
makan meningkat sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Keadaan umum : baik
Mual muntah berhenti, tonus otot baik, BB
stabil atau meningkat
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarga
R/
Menjalin hubungan baik antara klien dengan petugas kesehatan sehingga klien dan
keluarga menjadi lebih kooperatif.
2. Beritahu
kepada ibu atau keluarga tentang hasil
pemeriksaan
R/ Ibu dan keluarga mengerti keadaan
anaknya dan ibu lebih kooperatif
3. Jelaskan pada ibu atau keluarga tentang
penyakit yang di derita anaknya
R/
Memberikan pengetahuan yang bertambah pada ibu dan keluarga tentang diare dan
mengurangi kecemasannya.
4. Lakukan
pemeriksaan fisik dan TTV
R/ sebagai parameter keadaan kesehatan
pasien
5. Kaji
kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan
R/ untuk menentukan pemilihan terhadap jenis makanan
6. Berikan
makanan sedikit tapi sering
R/
untuk meningkatkan asupan nutrisi
7. Ukur
masukan diet harian dengan jumlah kalori
R/
untuk memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan
8. Tempatkan
anak pada ruang khusus
R/ mencegah terjadinya penyebaran
infeksi
9. Kolaborasi
dengan tim dokter untuk pemberian terapi analgesic
R/ untuk
menghindari penyebarluasan infeksi dan meningkatkan kenyamanan
10. Lakukan
kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi dan diet anak
R/ memberikan
diet
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 28-2-2011
Jam :
11.30 WIB
Implementasi
:
1. Menjalin
hubungan baik antara klien dengan petugas kesehatan sehingga klien dan keluarga
menjadi lebih kooperatif
2. Memberitahu
kepada ibu atau keluarga tentang hasil
pemeriksaan
3. Menjelaskan
pada ibu atau keluarga tentang penyakit yang di derita anaknya
4. Melakukan pemeriksaan fisik dan TTV
5. Mengkaji kemampuan
pasien untuk mengunyah dan menelan
6. Memberikan
makanan sedikit tapi sering
7. Mengukur
masukan diet harian dengan jumlah kalori
8. Menempatkan
anak pada ruang khusus
9. Melakukan
kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian terapi analgesic
10. Melakukan
kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi dan diet anak
VII. EVALUASI
Hari : Senin, 28-2-2011
Jam : 12.00 WIB
Diagnosa : An.”A” umur 7 tahun dengan difteri tonsil kurang gizi
S : Ibu mengatakan anaknya sudah
tidak demam, tidak muntah, nyeri telan berkurang
A : An.”A” umur 7 tahun dengan difteri
tonsil kurang gizi
P : - Memberitahu hasil pemeriksaan
- Melakukan
isolasi dengan ketat
- Menganjurkan
pasien untuk makan teratur dengan diet lunak
- Menganjurkan
untuk istirahat cukup
- Melakukan
observasi TTV
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan Asuhan Kebidanan pada An. ”A” dengan Difteri Tonsil Kurang Gizi
diperoleh analisa bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek
di lapangan. Pada teori menyebutkan bahwa anak dengan difteri tonsil kurang
gizi terjadi radang tenggorokan akut, demam,, tampak membrane berwarna putih
keabu-abuan kotor di daerah rongga mulut sampai faring dan terjadi gangguan
pemenuhan nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan. Hal ini juga ditemukan
dalam pengkajian lapangan.
Pada
pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dengan subyektif maupun data
obyektif. Pada pengambilan diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi
kesenjangan karena diagnosa diambil dari prosedur anamnesa.
Pada
langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini yang diangkat adalah
potensial terjadi Gangguan kebutuhan nutrisi dan penyebarluasan infeksi. Dalam
identifikasi kebutuhan segera, dalam kasus ini sudah diberikan penanganan yang
khusus, cepat dan segera pada anak.
Pada pengembangan rencana, implementasi tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana
dalam praktek langkah-langkah tersebut disesuaikan dengan keadaan pasien.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Setelah melakukan
Asuhan Kebidanan pada An.”A” dengan Difteri Tonsil Kurang Gizi , penulis
menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Sehingga asuhan kebidanan yang diberikan baik secara
mandiri maupun berkolaborasi bisa membawa pasien pada kesembuhan.
5.2
Saran
Bagi petugas yang
memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap mempertahankan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan dimayarakat sehingga dapat memberikan Asuhan yang
komprehensif sesuai standart yang berlaku.
Untuk Mahasiswa menggali ilmu semaksimal
mungkin untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang masalah –
masalah dan cara perawatan anak sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar